web 2.0

Minggu, 15 Maret 2009

Menjadikan Anak Didik Penuh Cinta

Oleh: Dwita Ayu Novaria, Guru TK Rumah Cerdas, Malang

Mendidik seorang anak mungkin tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Banyak cara atau metode yang bisa kita pakai untuk membuat anak kita menjadi seorang sukses, bahagia, ceria, berpandangan jauh ke depan, serta memiliki akhlak mulia.

Namun, teori kadang tidak mudah dipraktikkan. Kondisi fisik dan psikis anak satu dengan anak lain tidak sama. Anak adalah harta dunia dan akhirat yang tidak akan pernah terbeli atau tergantikan oleh materi dunia yang kita miliki.

Fenomena yang terjadi saat ini, ketika mengalami kondisi yang tidak menyenangkan, kita (orang tua atau guru) kadang melampiaskan kepada anak atau murid. Tak jarang kekerasan menjadi salah satu solusi.

Kita lupa bahwa yang begitu bisa membuat anak (murid) menjadi trauma. Penyesalan kita pun kadang hanya membuat suasana tambah rumit. Sebab, tak jarang kita tidak dapat mengubah apa pun yang telah terjadi. Bahkan, kita tidak melakukan perubahan apa pun atas pola pendidikan yang kita terapkan.

Apakah pendidikan dengan kedisiplinan tingkat tinggi yang berujung pada kekerasan merupakan solusi? Akankah budaya premanisme di tingkat pendidikan menjadi pemandangan yang wajar? Atau, akankah pendidikan yang kita berikan hanya berdasar UUD (ujung-ujungnya duit)?

Pendidikan mahal, kekerasan terhadap anak (murid) sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua menyiksa anak karena masalah ekonomi, perceraian, atau tidak menginginkan kehadiran anak. Atau, guru yang menegakkan disiplin dengan main gampar atau menyuruh murid berdiri atau berlari di lapangan yang panas.

Pernahkah kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu akan meninggalkan trauma pada anak? Pernahkah kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu suatu saat akan ditiru oleh anak (murid) kita? Kalau begitu, bagaimana masa depan anak (murid)? Sudah bukan zamannya mendidik anak (murid) dengan kekerasan.

Kenapa kita tidak mencoba mendidik anak (murid) dengan hati? Bukankah hati tidak pernah berdusta dan penuh cinta serta kasih sayang? Hati kita selalu jujur. Hati kita selalu lemah lembut penuh asih. Tidakkah bahagia yang terasa bila kita mendidik anak (murid) dengan penuh cinta dan kasih sayang?

Selama ini, kita bangga bila anak (murid) takut kepada kita. Padahal, kepatuhan dan ketaatan yang mereka tunjukkan hanyalah fatamorgana. Mereka menuruti keinginan kita, tetapi bertolak belakang dengan apa yang ada dalam hati mereka. Siksaan batin yang mereka rasakan lebih perih dan sakit ketimbang kekerasan yang kita lakukan. Bahkan, mungkin tidak akan pernah mereka lupakan sepanjang hayat.

Betapa nikmat bila anak (murid) menghormati kita sebagai orang tua atau pendidik tanpa ada paksaan. Betapa indah bila benak anak (murid) menggambar sosok kita sebagai sosok bijak, demokratis, menghargai anak (murid). Kita bukan momok yang menakutkan bagi anak (murid). Kita adalah teman, kakak, adik, orang yang dapat memberikan inspirasi dan support, serta panutan (teladan) di kehidupan mereka.

Menanamkan disiplin kepada anak memang tidak mudah. Namun, itu dapat kita terapkan, asal sesuai dengan karakter dan kepribadian anak (murid). Disiplin tidak selalu identik dengan kekerasan. Kata-kata tegas sudah cukup. Tidak perlu membentak-bentak, apalagi main tangan. Bahkan, dengan kata-kata lembut pun kita dapat menerapkan disiplin kepada anak.

Tidak ada kata terlambat untuk mengubah paradigma lama dalam mendidik anak, paradigma menuntut selalu menuruti segala yang kita katakan dan inginkan. Anak juga punya perasaan. Mereka juga ingin dihargai, didengar, dan diajak berkomunikasi, bila perlu dimintai pertimbangan.

Biarkanlah hati kita yang bicara dan menuntun kita. Percayalah, hati tidak akan pernah berbohong. Jadikanlah anak kita anak-anak yang penuh cinta dan kasih sayang. Ajarkan kepadanya bahwa kekerasan bukanlah solusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. Didiklah anak (murid) kita dengan penuh cinta dan hati tulus tanpa pamrih. (soe)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 14 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar